Punk In Love merupakan film Indonesia yang dirilis
pada 9 Juli 2009 yang
disutradarai olehOdy C. Harahap. Film ini
dibintangi antara lain oleh Vino G.
Bastian, Andhika Pratama, Yogi
Finanda, Aulia Sarah, Catherine
Wilson, Girindra Kara, dan Davina
Veronica.
Sinopsis
Almira (Aulia Sarah), Arok (Vino G. Bastian), Mojo (Yogi
Finanda), dan Yoji (Andhika Pratama) adalah 4 anak punk yang berasal dari Malang.
Suatu hari, Arok berniat bunuh diri dengan meloncat dari kantor Departemen
Agama setelah mendapat kabar bahwa pujaan hatinya Maia (Girindra Kara) hendak
menikah dengan pemuda lain di Jakarta 5 hari lagi. Untunglah
aksi tersebut dapat dicegah oleh 3 sahabatnya, lalu Arok berinisiatif ke
Jakarta untuk menggagalkan pernikahan Maia dan menyatakan cinta kepadanya.
Setelah berpamitan dengan ibu Mojo (Hani) di kuburan, keempat
anak punk tersebut ikut naik truk merah menuju Yogyakarta,
dan dari sana mereka berencana mencari tumpangan lain ke Jakarta.
Malangnya, mereka terbawa truk yang salah. Alih-alih ke
Yogya, mereka malah terbawa keGunung
Bromo. Malam hari terpaksa mereka lewatkan dengan tidur di emperan warung.
Paginya, mereka membantu pemilik warung bersih-bersih, sambil bersih-bersih
Arok mengutil 1 cincin dipikirnya sebagai tanda cintanya kepada Maia. Setelah
bersih-bersihnya selesai sebagai imbalannya, mereka dijamu makan di sana.
Menumpang jeep,
mereka berempat menuju ke barat. Jeep tersebut membawa mereka ke Makam Bung
Karno di Blitar. Mojo yang mengagumi sosok Bung Karno
mendeklamasikan teks proklamasi di depan makam. Setelah itu, mereka menaiki
mobil rusak yang diderek ke Cepu.
Di dalam mobil,
mereka berdiskusi hebat mengenai masalah anti-kemapanan.
Di tempat tujuan, mereka bertemu dengan seorang penjual sate
Madura (Suro) dan meminta buatkan 40 tusuk sate. Namun karena keempat anak punk
tadi memberi tukang sate itu dengan uang Rp6.000,-, tukang sate itu marah
sambil menghunus celurit. Hampir saja keempat anak punk itu dihabisi kalau
Arok tidak meneriakkan kata-kata penyesalan untuk Maia karena tak berhasil
menyatakan cinta. Tukang sate itu mengampuni mereka atas dasar kesamaan nasib.
Dirinya gagal menikah dengan pujaan hatinya Tiwi karena orang tua Tiwi berniat
menjodohkan anaknya dengan seorang juragan garam. Tidak itu saja, mereka
dibolehkan membeli 20 tusuk sate tanpa lontong seharga Rp6.000,- asalkan mereka
sendiri yang membakar. Almira, Arok, Mojo, dan Yoji meneruskan perjalanan
ke Semarang dengan menumpang minibus. Di tengah
perjalanan, Yoji merasa ingin buang air besar akibat sate yang dimakan semalam.
Akhirnya, Yoji buang air besar di jendela,
tapi tinjanya malah
mengenai mobil di belakangnya, yang ternyata dikemudikan anggota TNI-AD (Rudy).
Sebagai hukuman, Arok, Mojo, dan Yoji dihukum push-up di
depan sebuah kelenteng, sementara Almira disuruh membersihkan tinja yang
bercokol di kaca mobil.
Mereka meneruskan perjalanan ke Rembang.
Di permukiman Tionghoa di pinggir pantai, Mojo melihat poster bergambar Yoji
yang sedang main basket. Mojo tertawa karena merasa pose Yoji konyol, sehingga
mengundang 3 sahabatnya mendekat. Setelah mengamati, Almira dan Arok juga ikut
tertawa. Tinggallah Yoji yang marah dan meninggalkan mereka ke pinggir pantai.
Almira menyusul dan mengatakan kalau Yoji terlihat menjijikkan di poster itu.
Akhirnya, Yoji ikut tertawa.
Setelah itu, mereka menumpang truk pengangkut tepung terigu
ke Semarang. Di Semarang, mereka turun di suatu tempat yang sedang
dilanda banjir.
Terpaksalah Arok, Mojo, dan Yoji berjalan sambil menggotong Maia yang tentunya
tidak mungkin menanggalkan pakaian bawah. Akhirnya, mereka semua tercebur ke
air karena Yoji merasa ada yang lewat di kakinya. Malam harinya, mereka
menumpang kereta api barang setelah membantu
membereskan sampah yang dibawa seorang pemulung tua (Saputra). Selama
perjalanan, Arok bermimpi disodomi oleh bapak-bapak (Hartawan) yang memisahkan
dirinya dengan Maia dan teman-temannya menertawakannya. Setiba di Stasiun
Notog (Banyumas), mereka menumpang mobil ambulans yang
membawa mereka ke Cirebon.
Perjalanan ini diwarnai dengan sopir
(Rombeng) yang terkantuk-kantuk, sehingga ugal-ugalan dalam mengemudikan mobil.
Keempat anak punk itu ketakutan. Mengikuti Mojo, mereka berdoa kepada Tuhan
agar selamat dalam perjalanan, padahal sebelumnya Almira, Arok, dan Yoji
mengingkari keberadaan Tuhan.
Setiba di Cirebon, mereka semua kelaparan. Yoji dan Almira
mengamen di jalanan dengan menyanyi dangdut dan
berjoget. Arok dan Mojo awalnya tidak mau ikut karena malu ketahuan bergaya
dangdut oleh grup punk lain, tapi demi perut akhirnya mereka turut pula
meramaikan. Seusai makan nasi bungkus, Almira kelabakan karena datang bulan.
Mereka berempat segera datang ke sebuah warung membeli 2 pembalut, dan pemilik
warung (Otig Pakis) menyediakan 2
bungkus. Arok merobek salah satu bungkusan dan menunjukkan 2 lembar pembalut
karena uangnya kurang. Pemilik warung marah dan menuntut mereka membayar
bungkusan yang dirobek. Lalu Almira terlibat bisik-bisik dengan Arok dan Mojo
dan merencanakan untuk melempar uang dan membawa lari bungkusan, sementara Yoji
berusaha membujuk pemilik warung. Tak dinyana, karena mendengar 3 anak punk itu
berbisik-bisik dalam bahasa Jawa dialek Arekan/Jawa Timuran, pemilik warung itu
mengizinkan 2 pembalut bungkus itu dibawa karena ternyata ia berasal dari
Malang.
Pada malam harinya, Arok dkk. hendak meneruskan perjalanan
ke Jakarta, tapi ternyata Mojo tampak lemah. Setelah diperiksa, ternyata luka
di kakinya – akibat terjatuh saat menggotong Almira di Semarang – terinfeksi
kuman tetanus. Mereka pun datang ke klinik terdekat, namun ditolak masuk oleh
resepsionis (Andhika Dharmapermana) dan satpam yang beralasan klinik penuh.
Sambil mengeluarkan sumpah serapah, Arok putus asa dan hendak pulang ke Malang,
karena percuma saja membawa serta Mojo yang sedang sekarat ke Jakarta.
Terbata-bata Mojo berkata untuk jangan pulang ke Malang, karena akan sia-sia
saja bila dirinya kelak mati bila sahabatnya gagal meraih keinginannya.
Akhirnya, Arok dan Yoji berinisiatif menculik dokter klinik (Aline Jusria)
tersebut yang baru pulang kerja, dan memintanya mengobati Mojo.
Mereka akhirnya tiba di Stasiun Jatinegara, Jakarta. Memasuki jalanan
yang padat, Arok menunjukkan cincin yang dicurinya dari toko cenderamata di
Bromo untuk diserahkan kepada Maia. Ketiga sahabatnya marah karena semestinya
cincin itu bisa dijual untuk makan. Mojo yang emosi menonjok muka Arok, dan
tanpa sengaja menubruk seorang pejalan kaki. Pejalan kaki itu menubruk
seseorang yang duduk di warung, yang ternyata Leo (Dendy Subangil), preman di
wilayah itu. Leo menghajar si pejalan kaki, yang kemudian menunjuk Arok sebagai
orang yang menubruknya. Akhirnya Leo melepas pejalan kaki, dan gantian
menyerang Arok dan membuatnya terkapar. Polisi keburu datang, lalu Leo
melarikan diri bersama anak buahnya. Sebelum itu, ia sempat membawa cincin Arok
yang terjatuh.
Jadilah keempat anak punk itu masuk penjara. Atas bujukan
Maia, Yoji menghubungi Tante Rossa (Catherine Wilson) yang dahulu membawanya menjadi
model. Tante Rossa mengeluarkan keempat anak punk itu dengan memberi jaminan,
dengan syarat Yoji harus ikut 3 kali sesi pemotretan. Yoji awalnya enggan, tapi
akhirnya menyanggupi. Mereka segera pergi ke tempat pengantin. Di tengah jalan,
Arok melihat Leo sedang berada di warung bersama anak buahnya. Arok meminta
mobil berhenti, dan keluar lalu menantang Leo berkelahi. Setelah itu, ia segera
melarikan diri bersama dengan 3 sahabatnya dan Tante Rossa. Leo dkk. mengejar,
dan mencegat mereka berlima di sebuah perkampungan. Lalu datang Ekay (Ade Habibie) dan anak buahnya.
Ekay menyuruh agar Arok dan Leo menyelesaikan masalahnya sendiri menggunakan
tangan kosong. Pada awal pertarungan, Arok babak belur, tapi setelah Maia
datang dan memberi semangat, Arok terbakar semangatnya dan bertubi-tubi
menghajar Leo sampai babak belur. Akhirnya Arok mendapatkan cincinnya dan
memasangkannya ke jari Maia sambil menyatakan cinta. Maia ternyata juga
mencintai Arok. Mendadak, seorang pemuda bernama Andra (Dallas Pratama) yang
sedianya hendak menikah dengan Maia bertanya kepada calon isterinya itu, pilih
Arok atau dirinya. Maia memilih Arok, tapi itu malah membuat Andra bersyukur
karena sesungguhnya dirinya belum siap menikah. Itulah sebabnya, mengapa selama
beberapa hari sebelum hari pernikahannya, Andra ogah-ogahan mengurusi persiapan
nikah dan tenggelam dalam aktivitas grup musiknya. Bersamaan itu pula Yoji
menyatakan cintanya pada Almira.
Film ditutup dengan Arok dan Maia yang sedang mengandung
menyambut pelanggan di depan Warung Maia Arok yang didirikannya, Yoji yang
menjadi model, dan Mojo – yang dahulunya penggali kubur – mewujudkan impiannya
menjadi aktor.
aniesh vgbfriends
Tidak ada komentar:
Posting Komentar